Dampak Ekonomi Gratis Ongkir Bagi UMKM di Era E-Commerce
Rabu, 4 Juni 2025 07:04 WIB
Transformasi digital telah membawa perubahan besar dalam sektor perdagangan, khususnya melalui kehadiran e-commerce
Oleh: [email protected]
Transformasi digital telah berkembang pesat hingga pada sektor perdagangan. Perkembangan digital ini menjadi kekuatan pendorong utama dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pendidikan, ekonomi, hingga pelayanan publik. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat semakin mengandalkan keberadaan teknologi digital untuk berkomunikasi, berbelanja, serta mengakses pelayanan publik. Fenomena akhir-akhir ini yang sedang marak terjadi adalah ekonomi digital.
Teknologi dalam sektor ekonomi ini berupa e-commerce sebagai salah satu pilar utama ekonomi modern. Indonesia pun mengalami dampak adanya fenomena e-commerce, dimana hal ini sudah berkembang dari awal tahun 2010-an dan semakin menonjol di masa pandemi Covid-19. Penggunaan platform online ini memberikan kemudahan dan evektivitas mobilitas masyarakat.
Saat ini sudah banyak platform e-commerce seperti, Tokopedia, Shopee, Bukalapak, dan Lazada berlomba-lomba menyediakan kemudahan akses dan kenyamanan bagi konsumen dalam berbelanja secara online. Platform belanja online memudahkan konsumen dalam memilih dan melihat barang secara real time.
Platform belanja online yang populer untuk saat ini adalah platform Shopee. Shopee menyediakan segala kebutuhan konsumen dengan berbagai jenis seller atau penjual. Banyak seller bahkan UMKM memberikan penawaran produk mulai dari makanan, pakaian, elektronik, bahkan jasa. Dengan fitur-fitur seperti live shopping, pembayaran digital, serta integrasi logistik, Shopee tidak hanya mendorong pertumbuhan UMKM tetapi juga menciptakan ekosistem ekonomi baru yang berbasis daring. Peran Shopee dalam ekonomi digital semakin signifikan ketika pandemi COVID-19 mendorong masyarakat untuk beralih ke transaksi online, mempercepat perubahan pola konsumsi. Namun, ditengan pertumbuhan ini juga menimbulkan tantangan seperti persaingan usaha yang ketat dan perlindungan data konsumen yang harus terus diperhatikan demi menciptakan ekonomi digital yang adil dan berkelanjutan.
Kemudahan dalam penggunaan e-commerce meningkatkan daya beli konsumen, terlebih dengan adanya gratis ongkir atau bebas biaya pengiriman. Sejauh ini fenomena gratis ongkir menjadi alasan untuk menarik lebih banyak minat belanja masyarakat, karena dapat menurunkan hambatan psikologis yang sering muncul ketika konsumen dihadapkan pada biaya tambahan di luar harga barang. Gratis ongkir atau bebas biaya pengiriman mampu menurunkan beban biaya tambahan yang sering menjadi penghalang keputusan belanja. Tentu saja hal ini mendorong konsumen untuk berbelanja lebih sering dan lebih banyak. Gratis ongkir sebagai strategi dalam menarik minat konsumen terbukti dengan peningkatan volume transaksi.
Ditengah segala kemudahan ini, terdapat hal yang perlu dikaji lebih dalam seperti pada pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Tidak semua pelaku UMKM Mampu menanggung semua biaya operasional hingga atau bahkan tidak semua pelaku UMKM mampu menggunakan platform belanja online dengan mudah. Platform belanja online memang memberikan kemudahan dalam bertransaksi dan membuka peluan pasar yang lebih luas serta menjangkau daerah-daerah tertentu. Dengan demikian, banyak UMKM yang merasakan dampak adanya gratis ongkir. Banyak UMKM yang tertekan secara keuntungan dan bergantung pada sistem untuk mempertahankan konsumen. Tentu saja akan menimbulkan ketimpangan pada pelaku usaha dalam e-commerce. Pemerintah, platform digital, dan pelaku UMKM perlu bekerja sama agar inovasi ini tidak hanya menguntungkan konsumen, tetapi juga memperkuat struktur ekonomi digital yang inklusif.
Transformasi digital mendorong pelaku UMKM untuk bersaing di e-commerce agar tetap menjangkau pasar yang lebih luas. Keberadaan platform belanja online telah mengubah pola perilaku dan konsumsi masyarakat. Platform belanja online memberikan pengaruh menjadi gaya belanja yang lebih implusif. Kemudahan dalam mengakses barang membuat konsumen cenderung membeli lebih banyak, termasuk barang-barang yang sebenarnya tidak mendesak atau tidak dibutuhkan. Berbeda dengan dulu yang hanya bisa bertransaksi di pasar tradisional maupun pasar modern. Saat ini telah bertransformasi menjadi platform digital seperti e-commerce yang memudahkan diakses dimana saja.
Dalam teori Kolter dan dan Keller (2016 : 179) perilaku konsumen dapat diartikan sebagai suatu studi tentang bagaimana seseorang memilih, membeli, menggunakan dan bagaimana barang, jasa, ide atau pengalaman memenuhi kebutuhan dan harapan. Konsumen akan memilih sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Namun, sekarang ini perilaku konsumen tidak hanya sekedar membeli kebutuhan pokok saja. Dengan adanya platform e-commerce, banyak konsumen yang memilih maupun membeli sesuatu yang bahkan tidak dibutuhkan. Namun demikian, terdapat beberapa pertimbangan konsumen dalam memilih maupun membeli di e-commerce salah satunya biaya pengiriman.
Biaya pengiriman menjadi salah satu faktor dalam pengambilan keputusan konsumen dalam menggunakan platform e-commerce. Salah satu tujuan adanya gratis ongkir atau bebas biaya pengiriman adalah untuk mendapatkan pelanggan baru dan produk cepat habis terjual. Dalam penerapannya bebas biaya pengiriman biasanya ditanggung oleh platform belanja dan penjual atau pembeli itu sendiri dengan potongan biaya. Banyak konsumen yang mengambil keputusan karena gratis ongkir walaupun tidak terlalu membutuhkan apa yang telah dibeli. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk perubahan pola perilaku konsumsi masyarakat.
Saat ini banyak UMKM yang terus berkembang terlebih dengan adanya platform e-commerce. Banyak produk yang ditawarkan UMKM baik produk maupun jasa. Perkembangan transformasi digital yang terus berkembang membuat pelaku UMKM memanfaatkan dalam penyebarluasan produk dan jasa mereka. Pelaku UMMK tidak hanya menjual saja, pelaku UMKM dapat membuat promosi berbentuk konten yang menarik. Hal ini untuk meningkatkan minat belanja konsumen masyarakat. UMKM terus melakukan penyesuaian dengan adanya e-commerce guna meningkatkan gaya penjualan. Namun, tidak sedikit juga pelaku UMKM yang memiliki keterbatasan dalam mengakses e-commerce.
Salah satu platform e-commerce yang mendukung adanya gratis ongkir adalah, Shopee. Platform shopee memberikan penawaran menarik bagi penggunanya dengan mendapatkan potongan harga hingga gratis pengiriman. Hal ini tentu menarik minat beli pengguna, tidak hanya itu saja. Bahkan platform memberikan kemudahan dengan adanya pengiriman instant atau pengiriman same day. Opsi tersebut berkolaborasi dengan platform Gojek, Grab, dan Shopee Food. Pembeli dapat membeli barang dengan pengiriman langsung atau tiba hari itu juga. Namun, opsi tersebut terdapat syarat dan ketentuan seperti lokasi toko yang masih berada dalam satu domisili. Akhir-akhir ini fenomena mengenai bagaimana kurir tersebut mendapatkan keuntungan menjadi perbincangan. Banyak kurir hanya mendapatkan penghasilan bersih Rp 3.000,00 – Rp 5.000,00 per pesanan/per km. Perlu diketahui bahwa penghasilan bersih tersebut tergantung dengan kondisi yang ada. Pernyataan ini merupakan dampak adanya gratis ongkir jika dilihat dari sudut jasa pengiriman.
Fitur gratis ongkir ini pada dasarnya didesain untuk meningkatkan daya saing penjual, namun dalam praktiknya justrru menimbulkan ketimpangan akses. UMKM yang berlokasi di wilayah terpencil atau non-perkotaan sering kali mengalami hambatan dalam memperoleh akses ke program subsidi ongkir dari Shopee. Beberapa di antaranya tidak memenuhi persyaratan administratif atau infrastruktur pengiriman yang tidak memadai. Sebaliknya, UMKM yang berada di pusat kota dengan akses logistik yang baik lebih mudah menikmati fasilitas ini. Kondisi ini diperparah oleh ketergantungan UMKM pada platform e-commerce seperti Shopee. Ketika sebagian besar pendapatan bergantung pada platform tersebut, UMKM menjadi rentan terhadap kebijakan sepihak, termasuk perubahan sistem subsidi ongkir, biaya layanan, dan algoritma pencarian produk. Ketergantungan semacam ini menciptakan kondisi di mana UMKM kehilangan otonomi bisnis dan terjebak dalam sistem yang sulit mereka kendalikan.
Gratis ongkir ini berkaitan dengan Teori Persepsi Nilai (Percieved Value Theory). Teori ini menyatakan bahwa konsumen akan cenderung malakukan pembelian apabila merasa manfaat yang diterima lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Gratis ongkir ini menurunkan beban biaya total yang harus dibayar konsumen, sehingga meningkatkan nilai yang dirasakan. Hal ini mendorong bagaimana konsumen untuk lebih cepat mengambil keputusan karena merasa mendapatkan penawaran yang lebih menguntungkan. Disamping itu Teori Utilitas melihat bagaimana gratis ongkir meningkatkan margin utility atau kepuasan tambahan yang diperoleh konsumen dari pembelian. Konsumen yang awalnya ragu dalam membeli suatu produk karena biaya pengiriman yang tinggi, akan lebih mendorong untuk membeli ketika biaya tersebut dieliminasi. Efek ini lebih terasa pada produk bernilai rendah hingga menengah, di mana ongkos kirim bisa menjadi proporsi besar dari total biaya.
Banyak riset menyatakan bahwa promosi gratis ongkir ini menjadi salah satu insentif paling efektif dalam e-commerce. Shopee secara konsisten memanfaatkan fitur ini dalam kampanye besar seperti 11.11 atau 12.12, dan data penjualan menunjukkan lonjakan signifikan pada periode tersebut. Artinya, keputusan pembelian memang sangat dipengaruhi oleh adanya stimulus ini. Dalam hal ini berkaitan dengan Teori Stimulus-Organism-Response (SOR), perilaku konsumen dipengaruhi oleh stimulus eksternal (S), yang kemudian direspons oleh organisme internal (O) seperti emosi, persepsi, dan motivasi, dan menghasilkan suatu respons berupa tindakan (R), yaitu keputusan pembelian. Gratis ongkir berperan sebagai stimulus eksternal untuk menarik daya tarik konsumen. Saat konsumen mandapatkan informasi bahwa mereka tidak perlu membayar biaya pengiriman, persepsi nilai terhadap produk meningkat. Mereka merasa mendapatkan keuntungan lebih besar, meskipun harga produk yang dibeli mungkin sama atau sedikit lebih tinggi.
Dalam konteks geografi manusia, relasi antara ruang, kekuasaan, dan ekonomi sangat penting untuk memahami bagaimana pelaku UMKM mengalami ketimpangan akses terhadap fasilitas e-commerce. Shopee, sebagai platform dominan, menciptakan ekosistem digital yang tidak merata. Pelaku UMKM di wilayah urban seperti Jakarta, Bandung, atau Surabaya cenderung lebih mudah mengakses infrastruktur digital, logistik, dan pelatihan dibandingkan dengan UMKM di wilayah perdesaan atau kawasan 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal). Ketergantungan pada platform seperti Shopee juga menempatkan UMKM dalam posisi subordinat. Shopee mengatur algoritma pencarian, promosi produk, hingga logika subsidi ongkir yang lebih berpihak pada seller dengan volume penjualan besar. Ini sejalan dengan teori ketergantungan yang menyatakan bahwa pelaku ekonomi lokal di negara berkembang (UMKM) menjadi terjebak dalam sistem yang dikendalikan oleh kekuatan eksternal (korporasi digital transnasional), sehingga tidak memiliki otonomi dalam mengatur pertumbuhan usahanya sendiri.
Program gratis ongkir ini sering kali menjadi senjata promosi umatam bagi pelaku e-commerce. Namun dalam praktiknya, subsidi ongkir justru lebih menguntungkan pelaku usaha besar atau seller pusat gedung (warehouse seller) yang terintegrasi dengan logistik ninternal Shopee. UMKM yang berada di luar pusat distribusi utama harus menanggung ongkir lebih mahal karena algoritma sistem mendeskriminasikan jarak dan volume pengiriman. Dalam kerangka ekonomi regional, solusi dari ketimpangan ini adalah intervensi kebijakan pemerintah dalam memastikan subsidi ongkir lebih tepat sasaran. Subsidi ongkir dapat berfokus pada UKMK yang berada di daerah pinggiran atau kawasan pedesaan. Pemerintah daerah juga dapat berkerja sama dengan Shopee untuk menyediakan skema subsidi berbasis zonasi. Dengan demikian UMKM di wilayah marjinal dapat menikmati level playing field yang lebih adil.
Ketimpangan digital menjadi salah satu hambatan bagi UMKM untuk memanfaatkan e-commerce secara maksimal. Geografi manusia melihat ini sebagai bentuk ketidaksetaraan akses terhadap digital capital—modal berbasis pengetahuan dan teknologi yang penting dalam ekonomi modern. Banyak pelaku UMKM yang belum mampu mengelola katalog digital, memanfaatkan data penjualan, atau memahami cara mengoptimalkan logistik pengiriman. Oleh karena itu, pelatihan digital dan manajemen logistik ini menjadi urgensi strategis. Hal ini diperlukan keterlibatan lembaga pendidikan, pemerintah daerah, dan platform digital dalam menyelenggarakan capacity building berbasis wilayah. Pelatihan ini tidak hanya mencakup aspek teknis seperti membuat toko online atau mengatur pengiriman, tetapi juga wawasan spasial tentang rantai pasok, manajemen stok, dan rute logistik paling efisien.
Solusi lain yang dapat diterapkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap sistem platform Shopee adalah dengan memperkuat kolaborasi antara UMKM dan layanan logistik lokal. Pendekatan ini mendukung teori ekonomi lokal dan bottom-upp development, kekuatan lokal diberdayakan untuk mengatasi hambatan struktural. penggunaan armada pengiriman desa, atau integrasi sistem e-commerce lokal dengan pengiriman berbasis komunitas. Dalam perspektif geografi manusia, upaya ini menciptakan relasi ruang yang berdaulat, yakni ruang ekonomi yang tidak sepenuhnya dikendalikan oleh kekuatan eksternal. Ini juga memperkuat ketahanan ekonomi lokal di tengah dominasi platform digital besar.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Dampak Ekonomi Gratis Ongkir Bagi UMKM di Era E-Commerce
Rabu, 4 Juni 2025 07:04 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler